Topikinformasi.com – Makassar — Menteri Kelautan dan Perikanan RI Sakti Wahyu Trenggono memulai rangkaian kunjungan kerjanya di Sulawesi Selatan. Jumat, (18/06/2021).
Dalam kunjungannya tersebut, Menteri kp juga didampingi rombongan pejabat eselon I kementerian kelautan dan perikanan, plt Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulsel dan Plt Gubernur Sulsel.
Mengawali kunjungan kerjanya, menyempatkan diri meninjau Instalasi Tambak Percobaan (ITP) Punaga, Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau dan Penyuluhan Perikanan Pusat Riset Perikanan BRSDMKP yang terletak di Desa Punaga, Kecamatan Mangarabombang, Kabupaten Takalar, kemudian BPAP Takalar dan terakhir Pelabuhan Untia Makassar.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono meninjau secara langsung teknik budidaya udang vannamei superintensif.
Tambak percontohan yang konstruksinya mulai dibangun pada tahun 2012 ini berdiri diatas lahan seluas total 12 Hektare dengan luas petakan tambak 1000 meter persegi dengan kedalaman air 1,8 meter.
“Saya menilai bahwa standarisasi pengelolaan tambak udang superintensif sangat penting dilakukan agar bisa menjadi acuan masyarakat yang ingin menekuni budidaya Udang Vannamei dengan hasil panen optimal. Dengan standarisasi juga, kendala-kendala yang dihadapi selama melakukan budidaya udang bisa diminimalisir,” katanya.
Lebih lanjut, Sakti Wahyu menjelaskan bahwasanya teknik budidaya ini menjadi salah satu kunci peningkatan produksi udang di masa depan.
“Dengan teknologi superintensif hasil panen bisa berkali-kali lipat lebih banyak dari hasil produksi tambak udang konvensional, semi intensif maupun intensif,” jelasnya.
Sebagai contoh, kata Dia hasil panen per hektare tambak superintensif mencapai 40 ton per tahun. Operasional tambak ini juga lebih ramah lingkungan, sebab sudah dilengkapi dengan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL).
“Saya optimistis, budidaya tambak udang superintensif dapat segera diterapkan untuk segmentasi industri maupun rumah tangga.
Ini dapat berkontribusi dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal maupun nasional. KKP siap membantu masyarakat dari sisi infrastruktur maupun pinjaman permodalan,” bebernya.
Usai mengunjungi Tambak Percontohan, Menteri kelautan dan perikanan melanjutkan kunjungannya ke Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar.
BPBAP Takalar merupakan salah satu tempat pengembangan dan penerapan teknik atau teknologi pembenihan, pelestarian serta perlindungan budidaya air payau.
Adapun, komoditas utama yang dikembangkan adalah udang windu, udang vannamei, kakap putih, bandeng, nila salin, kepiting bakau, rajungan rumput laut dan lawi-lawi.
Sakti Wahyu Trenggono mengakui senang berkesempatan hadir melihat langsung bagaimana perkembangan budidaya air payau sebagai representasi budidaya di Sulawesi Selatan.
“Saya mengapresiasi pengembangan budidaya terutama kepiting/rajungan di Balai ini yang menghasilkan 500.000 hingga 1 juta ekor per siklus. Budidaya ini sangat bermanfaat untuk masyarakat sekitar karena bernilai ekonomi tinggi,” akuinya.
“Nilai ekspor kepiting/rajungan sangat tinggi dan perlu terus ditingkatkan budidayanya,” sambungnya.
Menteri Sakti Wahyu Trenggono ini meminta labotarium ini bisa lebih ditingkatkan lagi terutama sarananya.
“Saya ingin fasilitas Laboratorium kultur jaringan rumput laut ditingkatkan terutama dari sumber daya penelitinya agar menghasilkan produk yg berdaya saing,” pintanya.
Sementara itu, Menteri KKP bersama rombongannya serta didampingi Plt Gubernur Sulsel A Sudirman Sulaiman
meninjau Pelabuhan Perikanan Untia di Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar.
Potensi sumberdaya ikan yang dimiliki Sulawesi Selatan berada pada Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 713 meliputi perairan Selat Makassar, Teluk Bone, Laut Flores dan Laut Bali.
Sakti Wahyu Trenggono, menerangkan Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah yang potensial untuk pengembangan perikanan, baik untuk konsumsi dalam negeri dan lokal maupun untuk ekspor.
“Saya akan mengoptimalkan fasilitas di Pelabuhan Perikanan Untia sehingga nantinya akan lebih ramai lagi aktifitas bongkar muat ikan di pelabuhan ini. Dan juga saya harapkan dukungan dari pemerintah daerah, yaitu kota maupun provinsi, sangat diperlukan agar produktivitas pelabuhan ini dapat meningkat,” terangnya.
Sebagai informasi total produksi ikan Pelabuhan Perikanan Untia pada 2020 yaitu, 4835 Ton dengan hasil ikan dominan Tongkol, Kurisi, Cakalang, Layang. (*)
Komentar