oleh

Putu

-Opini-20 views

Catatan Pinggir:
Bahtiar Parenrengi

Topikinformasi.com – Bone Putu, tiba-tiba menjadi bahan pembicaraan. Menjadi sesuatu yang penting. Menjadi sesuatu yang harus dicari. Bahkan polisi yang lebih utama mencari keberadaannya.

Putu. Bukan putu cangkir. Bukan pula putu pesse dan putu nangis. Bukan pula Putu Wijaya, yang namanya melegenda.

Putu Wijaya dikenal sebagai novelis, cerpenis, dramawan, dan wartawan. Lelaki yang lahir 11 April 1944 di Puri Anom, Tabanan, Bali ini, memiliki nama lengkap I Gusti Ngurah Putu Wijaya.

Sebagai seorang sastrawan serta dramawan, Putu Wijaya sudah banyak mengeluarkan karya-karya yang tak terhitung jumlahnya.
Berpuluh-puluh novel dan naskah drama, ratusan esai, serta ribuan cerita pendek sudah ditulis. Beberapa novel yang telah beliau tulis antara lain: Keok, Tiba-Tiba Malam, dan Dar Der Dor.

Baca Juga:  Haru Biru Taman Pelangi Selayar
            ***

Putu adalah nama populer untuk anak Perempuan. Nama ini di Indonesia paling banyak ada di kota Denpasar, Singaraja, Gianyar, Klungkung, Banjar. Putu dalam bahasa Jawa, artinya Cucu. Putu dalam bahasa Sansekerta, artinya Pertama.

Dalam dunia makanan, Putu menjadi salah satu nama kue. Putu Cangkir, Putu Pesse dan Putu Nangis. Kue ini terbilang enak. Saya pun selalu menikmati saat masih kecil. Bahkan hingga saat ini masih sering menemani saat minum kopi.

Putu sendiri merupakan singkatan dari Pencari Uang Tenaga Uap. Nama ini cukup mengundang perhatian, karena memang kue bernama Putu tersebut dibikin menggunakan tenaga uap.

Masuk akal memang ketika nama itu menjadi melekat pada penganan yang rasanya enak tersebut. Dulu menjadi kue yang selalu dicari. Kue andalan, setelah Barongko, Apang, onde-onde dan yang lainnya.

Baca Juga:  Perjalanan Terjal

Konon, dinamai demikian, karena para penjual biasanya mengukus kue ini di atas uap atau asap panas, sehingga menghasilkan bunyi yang khas. Seolah mendengar suara menangis.

Namun Putu yang satu ini agak lain. Agak jorok dan terkadang mengundang amarah. Putu Begadang, ya bukan kue. Tetapi merupakan nama akun Facebook. Akun tiba-tiba menjadi viral karena postingannya menyerang pribadi Bupati Bone, Andi Fahsar M Padjalangi.

            ***

Putu, kini telah menjadi trending topik disejumlah mendia. Banyak pembaca berselancar mencari beritanya. Komentar di medsos kian mengalir dan beragam. Bahkan Putu menjadi bahan bully an netizen.

Hinaan dan pencemaran nama baik yang dilakukan akun Putu Begadang yang dikendalikan oleh Arfan bin Mangampara ini setidaknya memberi pelajaran berharga bagi kita semua.

Baca Juga:  Gerimis di Cempalagi

Kasus ini tentu menjadi pelajaran agar pengguna medsos harus berhati-hati. Harus menjaga jari-jarinya dalam menulis sesuatu.

Medsos dengan Teknologi Informasi yang canggih harus dipakai dengan santun dan mendidik.

Seperti kata Ronny Chieng, Kamu tidak perlu pergi jauh untuk melihat kebencian dan pelecehan yang terjadi secara online. Bahkan menggunakan media sosial itu anti-sosial karena orang-orang selalu menggunakan ponsel mereka.”

Medsos telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari eksistensi diri. Orang akan merasa terasing, kesepian dan bingung ketika tak bermedsos.
Namun demekian, haruslah dibarengi dengan rasa bijak.
Bijak dalam bermedsos dan redamlah amarahmu untuk menghujat seseorang yang tak kau senangi. Cukuplah Putu Begadang menjadi pelajaran bagi kita semua. Semoga.

(Catatan Pinggir:
Bahtiar Parenrengi)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *