Catatan Pinggir:
Bahtiar Parenrengi
TOPIKINFORMASI.COM – Bone Ramadhan telah datang. Datang dengan segala janji. Menjanjikan pengampunan dosa, amalan yang berlipat dan ketakwaan.
Allah Rabb semesta ini selalu mengingatkan untuk konsisten menapaki hidup. Dan ketika kita akan mencapai posisi takwa, Allah memberi sinyal agar kita beriman.
Ketakwaan tidak raih begitu saja. Ada proses yang harus dilewati. Dan itulah menjadi nilai perjuangan. Kalaulah kita tak serius untuk meraihnya, itu artinya keimanan kita belum terpatri betul. Karena Puasa itu diperuntukkan bagi orang yang beriman.
Seperti yang ditegaskan dalam Surat Al Baqarah ayat 183, “Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Semasa kecil dulu, ramadhan sangat berarti. Sangat berkesan. Karena sebelum memasukinya, anak-anak telah dibiasakan untuk membersihkan masjid. Mencuci kolam air dan mengisi kolam agar air persiapan wudhu tak mengalami kendala.
Begitupun soal permainan. Ada ular tangga, Ludo, merakit mobil-mobilan dan perangkat alat musik yang terbuat dari kaleng. Semua bikin asyik dan terkadang membuat puasa seharian berlaku begitu saja, tanpa rasa haus dan lapar.
Untuk mainan mobil-mobilan, biasanya dirakit dari kayu bendala atau simpe. Dan saat itu, untuk mendapatkan kayu bendala dan simpe membutuhkan perjuangan. Biasanya, bersama sejumlah teman sepermainan harus berjalan kaki ke pasar. Saat itu, pasar masih berada didekat kompleks Tana BangkalaE.
Saat itu, jalanan yang ada sekarang didepan Tana BangkalaE terdapat barisan ruko. Kita sering menamakan ruko kereta. Diruko-ruko itu ada tempat potong rambut, penjual roti bakar dan berbagai jualan lainnya.
Disisi lainnya, kompleks pasar berada diseputaran jalan beringin, jalan makmur dan jalan veteran terdapat berbagai penjual. Cukup ramai. Dan didalam pasar itulah kami bersama teman sepermainan menjadi kayu bendala dan simpe untuk dijadikan mobil.
Sambil mencari, kami juga menggunakan waktu untuk menonton aksi penjual obat. Aksi biasanya bikin kita harus menunggu lama karena kita dijanji untuk melihat ular ataupun pertunjukan “pabrik uang”. Dengan gaya meyakinkan, penjual obat mengeluarkan uang dari gulungan kerkas yang didalamnya terdapat kertas yang sudah dibakar.
Begitulah sedikit cerita masa kecil, yang oleh anak sekarang kemungkinan tak kan mendapatinya. Ada kepuasan tersendiri, ketika menunggu cerita penjual obat, yang bak orator meyakinkan penonton. Terkadang harus menunggu berjam-jam akibat penasaran menunggu keluarnya ular yang telah dijanjikan, walaupun pada akhirnya yang keluar adalah obat yang menjadi jualan sang orator.
Kini, masanya lain. Mobil-mobilan bisa dimiliki tanpa harus membuatnya sendiri. Kini telah banyak dijual. Bahkan bisa dibeli lewat online.
Yang tak mungkin dibeli lewat online adalah meriam bambu. Permainan ini sangat diminati saat itu. Sambil berombongan kita mencari bambu tua yang bisa dipakai untuk membuatnya. Sesekali harus mengambil bambu yang tidak diketahui oleh pemiliknya.
Puasa tahun ini masih dalam suasana Pandemi Covid 19. Kita masih dibatasi untuk berkumpul. Masih dibatasi buka puasa bersama, apalagi safari Ramadhan untuk kalangan pejabat. Tetapi perlu disyukuri karena mesjid tetap bisa dibuka untuk dipakai melakukan ibadah, yang pada saat awal Pandemi Covid 19 dilarang.
Bersyukurlah kita, karena masih bisa memasuki Ramadhan. Bisa melakukan ibadah yang oleh Allah jamin pahalanya berlipat ganda.
Bersyukurlah kita, karena Allah menjanjikan dibulan ini ada Lailatulqadar atau Lailat Al-Qadar. Malam ini adalah satu malam penting yang terjadi pada bulan Ramadan, yang dalam Al-Qur’an digambarkan sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan.
Bersyukurlah kita, karena kita bisa bersilaturrahmi dan saling memaafkan. Kita saling memaafkan karena siapa tau ada dosa diantara kita. Kita bisa bersih dari dosa agar kita menjalani ramadhan dengan hikmat. Semoga.
Komentar