Catatan Pinggir: Bahtiar Parenrengi
Topikinformasi.com – Bone Tidak seperti biasanya, cerah. Tiba-tiba langit mendung. Dan tetesan air jatuh perlahan. Saya tak bergeming untuk berteduh.
Sesekali mengusap buliran air. Terasa basah di kepala. Pun baju kaos yang saya pakai ikutan basah. Untungnya tidak basah kuyup.
Kicauan burung tidak begitu riuh. Hanya sesekali terdengar. Tapi merdu. Dahan pohon bergerak pelan, saat dua ekor burung bercengkrama.
Sesekali mengalihkan pandangan, untuk melihat para sahabat yang juga sibuk dengan jemari masing-masing. Entah menghubungi siapa. Entah bertransaksi apa. Entahlah.
Ibarat sebuah lagu, gerimis mengundang yang mendayu pelan. Saya menatapi tukang yang terus berupaya menyelesaikan Mushola KIS Firdaus. Tangannya terlihat berkelok seolah melukis diatas kanvas.
Gerimis masih terus menetes, padahal tinggal beberapa jam lagi mushola ini akan diresmikan. Tetesan air menjadi pelengkap
suasana untuk tetap adem. Percikan gerimis membuat suasana menjadi teduh dalam peresmian mushola.
Gerimis pun tak berkepanjangan. Awan hitam bergeser pelan. Matahari bergerak pelan diatas kepala. Cahayanya tidak se terang dihari sebelumnya. Tak begitu terik.
Para tamu mulai berdatangan. Saya dan para sahabat lainnya masih mempersiapkan peresmian. Sesekali menyapa tamu dan menawarkan secangkir kopi yang telah dipersiapkan oleh Hj. Farida Hanafing. Ini kopi Surya Indah, ungkapnya sambil tersenyum.
Tak hanya kopi. Tapi Farida juga menyediakan roti kemasan sederhana. Rasanya enak dan pas dengan kopinya. Kopi dan roti menambah keakraban para tamu sambil menunggu Bupati Bone, Andi Fahsar Padjalangi untuk meresmikan Mushola KIS Firdaus.
Tidak ada lagi tetesan air dari langit. Gerimis itu telah pergi. Hanya sesekali terdengar hembusan angin yang menerpa pepohonan. Suasana itu kian menambah sejuk suasana.
Gerimis hanyalah rintangan kecil dibanding badai yang menghadang dilautan. Pelaut Bugis tak gentar dengan badai. Sama halnya dengan pembangunan Musholla, semangat tak boleh surut.
“Iyyapa narisseng mukkurui sewwae jama-jamang narekko purani rilaloi” (Barulah dapat diketahui kedalaman dan luasnya suatu sungai, kalau sudah kita arungi atau seberangi).
Sejumlah sahabat memberi kode. Rombongan bupati telah tiba. Suara selawat nabi mengalun merdu dari kaum perempuan Desa Mallari. “Siapa membaca shalawat kepadaku 100 kali maka Allah akan mengijabah 100 kali hajatnya; 70 hajatnya di akhirat, dan 30 di dunia… Dan hadits Rasulullah yang mengatakan; Perbanyaklah shalawat kepadaku karena dapat memecahkan masalah dan menghilangkan kesedihan.”
Peresmian Mushola KIS Firdaus pun berjalan lancar. Andi Fahsar sangat mengapresiasi inisiatif tersebut. Ini wujud kepedulian dan fartisipasi sejumlah sahabat untuk berbuat baik. Apalagi mushola ini dibuat di areal objek wisata Cempalagi, yang bernilai historis.
Bupati Bone mempersilahkan Rektor Universitas Islam Makassar Prof Hamdan Juhannis Rektor UIN Alauddin Makassar menggunting pita. Ini penghormatan karena Hamdan putera Mallari.
Prof yang dikenal dengan film “Melawan Takdir” ini tak dapat menolak. Ini amanah. Sebagai putra daerah, tentu sangat bersyukur. Tempat ini laksana surga. Seperti dalam Alquran diceritakan bahwa kehidupan dialam surga itu nyaman dan indah, bagai taman firdaus. Dan inilah Mushola KIS Firdaus.
Tak ada gerimis, apalagi hujan. Tentu doa-doa yang mengalir deras diijabah oleh Allah yang Maha Pengasih. Semoga Allah mengabulkan harapan para pembuat kebajikan, agar kelak rumah ibadah ditempat peristirahatan Arung Palakka Petta Malampe e gemme’na sebelum bertolak ke Buton ini menjadi tempat yang tenang dan menyejukkan.
Kali ini bukan gerimis. Tapi hujan lebat. Agak lama, hingga membuatku harus menunggu untuk menjamah taman yang bunganya mulai tak terawat.
Kicauan burung tetap saja merdu terdengar. Sesekali pekikan kelelawar dari “sumur jodoh” kian menambah asyik suasana. Sambil bercengkrama, beberapa sahabat terlihat asyik menyeruput kopi hitam. Pisang goreng
yang berada didepannya sudah nyaris ludes.
Setahun telah lewat, mushola ini berada di mulut goa. Dalam cerita, dikatakan bahwa goa yang memiliki “Sumur Jodoh”, disebut Akkarebbesengnge. Dan dimulut goa inilah berdiri Mushola KIS Firdaus, yang lokasinya dihibahkan oleh seorang warga bernama Firdaus. Firdaus telah tiada sebelum mushola ini berdiri. Namun namanya tetap abadi dalam ciuman surga firdaus. Semoga. (*)
Komentar