oleh

Merawat Fitri

-Opini-101 views

Catatan Pinggir:
Bahtiar Parenrengi

Topikinformasi.com – Bone Bulan Ramadhan telah berlalu. Nuansa teduh yang lahir dalam bulan penuh berkah tersebut telah beranjak pergi. Pergi dengan harapan, semoga sebelas bulan berikutnya menjadi bulan yang penuh Rahmat.

Ramadhan berlalu Syawal pun datang. Datang membawa kemenangan. Datang membawa harapan. Kita menang. Kita seolah lahir kembali. Kita bagai kertas putih. Kita suci.

Syawal datang pertanda Ramadhan beranjak pergi. Tarwih atau pun Shalat malam bagi hamba yang dhaif ramai di mesjid. Lantunan Al Qur’an terdengar syahdu disudut masjid dan rumah kaum muslimin. Pun puasa di siang hari menjelma sebagai ketaatan untuk tidak makan dan minum seenaknya.

Baca Juga:  Kopi & Peradaban Baru

Itulah Ramadhan. Sebuah bulan yang mengajarkan ketaatan, kesabaran dan kepedulian. Kita dididik untuk tawadhu. Dididik menjadi manusia yang taat pada pernyataan awal dengan Allah. Sebuah persaksian, Syahadat.

              ***

Ramadhan tiba semua bahagia
Tua dan muda bersuka cita
Bulan ampunan bulan yang berkah
Bulan terbebas api neraka
Andaikan saja Ramadhan semua
Bulan yang tiba bulan yang ada
Karena besarnya setiap pahala
Yang di janjikan kepada kita…..

Lagu ciptaan Opick setiap saat mengalun. Lagu yang setiap saat diputar disejumlah stasiun radio dan televisi. Seolah menjadi lagu wajib ketika memasuki bulan ramadhan.

Ramadhan telah menjadi bulan special. Telah menjadi bulan, dimana lagu-lagu relegi bermunculan. Bulan dimana setiap malam dan subuh hari kita dengarkan para ustadz menyampaikan syiar Islam.

Baca Juga:  Essay Bukan Hanya Cerita

Dibulan ini pula, kita munyaksikan posko keamanan bersama didirikan. Sehingga di bulan ini kita mendapati banyak warga yang diamankan. Banyak warga yang terjaring razia, hingga menjadi sebuah tontonan gratis.

Padahal, dalam berbagai ceramah didengungkan bahwa bulan ramadhan
Menambah ketakwaan.
Puasa dimaknai untuk menambah ketakwaan kepada Allah SWT.

Dengan demikian, puasa ramadhan akan menggiring seseoang untuk menjadi pribadi yang Fitri. Yaitu pribadi yang konsisten dengan posisi hamba Allah. Sehingga pribadi tersebut dapat Istiqamah, memiliki kepedulian sosial, mencegah maksiat,
mengontrol emosi atau bersabar serta menjadi sarana penyambung silaturrahmi.

             ***

Karena Puasa Ramadhan melahirkan manusia yang Fitri, maka seyokyanya kita tak khawatir akan hadirnya sosok yang menakutkan.

Baca Juga:  Pemuda Mabessa

Karena puasa ramadhan telah melahirkan sosok yang Fitri, niscaya sebelas bulan berikutnya tak menjadi ajang saling membenci. Saling menghujat. Saling membodohi, saling mengkafirkan dan bahkan saling membunuh.

Nuansa keIslaman yang tercermin sebagai agama rahmatan lilalamin, menjadi sesuatu yang nyata. Nyata karena kita manusia yang Fitri. Fitri yang berarti suci, bersih dari segala dosa, kesalahan, kejelekan dan keburukan.

Untuk itulah perlunya menjaga esensi puasa kita, taqwa agar mampu mengimplementasi dalam kehidupan nyata, bahwa sesungguhnya kita adalah makhluk yang Fitri. Mari menjaganya. Mari merawatnya. Merawat Fitri. Semoga.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *