Catatan Farida Hanafing
Bone – Topikinformasi.com Barakka’, kata ini selalu terdengar di telinga saya sejak kecil hingga saat ini. Bahasa Bugis ini adalah satu kata yang diharapkan oleh begitu banyak orang, terutama oleh orang – orang yang mengharapkan kehidupan yang lebih baik penuh kebahagiaan.
Kadang kita mendengarnya dengan sebutan barokah atau berkah. Kita meminta kepada Allah SWT dalam doa agar diberi keberkahan dalam hidup, umur yang berkah, usaha yang berkah, rezeki yang berkah, dan lain – lain.
Rasulullah saw mengajarkan kepada umatnya untuk selalu berdoa, memohon kepada Allah agar di berikan rezeki yang berkah:
“Ya Allah, anugerahkanlah berkah kepada rezeki kami, dan jagalah diri kami dari api neraka.”
Bahkan Allah menyuruh kepada hamba-hamba-Nya agar berdoa selalu mendapaykan berkahNya, seperti meminta agar selalu di tempatkan yang dianugrahi keberkahan.
Allah berfirman:
“Dan berdo’alah: Ya Tuhanku, tempatkanlah aku pada rumah yang dianugerahi barakah, dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat”.
QS. Al-Mu’minnun 23:29
Dalam doa, mengisyaratkan bahwa Allah SWT sebagai sumber keberkahan, karena semua jenis kebaikan dan keberkahan berasal dari Allah.
Berkah adalah suatu kebaikan yang bertambah, bermanfaat, yang suci, kekal, dan akan mendapatkan kebahagian. Pada mulanya seseorang tidak punya apa-apa, kemudian Allah karunikan keberkahan pada-Nya maka orang itu menjadi mulia.
Jika dalam harta terdapat keberkahan, maka harta itu menjadi lebih baik dan bermanfaat bahkan nilai kulaitasnya melebihi nilai kuantitasnya. Keberkahan itu datang dari arah yang sering kali tidak di duga atau dirasakan secara material dan tidak pula dapat dibatasi atau diukur. Maka, seseorang yang memperoleh keberkahan akan menjadi manusia yang memiliki tambahan nilai, baik di mata manusia maupun di sisi Allah.
Allah tentu tidak sembarangan memberikan keberkahan kepada manusia. Sebagaimana FirmanNya di QS. Al A’raf 7 : 96:
“Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami anugerahkan kepada (kehidupan) mereka barokah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.”
Allah hanya akan memberikan keberkahan itu kepada orang yang beriman dan bertakwa kepada-Nya.
Kisah tentang keberkahan, …
Teringat di masa kecil dulu, begitu banyak orang yang berkumpul di rumah seseorang yang akan berangkat haji. Tidak hanya keluarga yang bergembira, para tetangga juga penuh sukacita melihat kebahagiaan orang yang akan berangkat.
Berharap, mendapatkan pula keberkahan atas kebahagiaan dari orang yang akan berangkat haji tersebut. Sehingga bisa juga berangkat haji kelak. Orang tua kami demikian adanya, selalu berbahagia dengan kebahagiaan orang lain. Betapa bahagianya ketika ada keluarga yang berangkat haji. Di hati kecilnya, semoga bisa juga dapat keberkahan hidup dengan mengunjungi baitullah kelak.
Apalagi setelah orang yang berhaji tadi kembali ke tanah air, Masya Allah… harapan untuk bisa juga ke tanah suci semakin besar. Saya yang masih kecil kala itu, beberapa kali memakai songkok haji, bahkan pernah mattalitti (ciri khas para hajjah yang baru balik ke tanah suci). Ternyata itu adalah pengharapan kepada Allah yang Insya akan dikabulkan suatu saat.
Begitu pula dengan sosok orang – orang yang kami rasa begitu besar kecintaannya kepada Allah yang terlihat dari ketaatannya menjalankan perintahNya, kemudian menyebarkan ajaran agama. Mereka itu sosok – sosok yang membawa keteduhan dalam menyampaikan aturan agama. Perintah dan laranganNya disampaikan. Doa – doa dari mereka untuk kebaikan bersama, senantiasa kami harapkan. Semoga dengan dekat bersama mereka, kami bisa mendapatkan keberkahan.
Orang tua kami, sangat sering menasehati kami dengan kata itu, “BARAKKA”. Bahkan disetiap doa orang tua kami, kata itu yang senantiasa dipanjatkan. Kalau ibu saya mengatakan: pessanni cedde Puang, yang penting Mabbarakka’i.
Kemudian saya sampaikan ke beliau, maa… kenapa tidak meminta maega na mabbarakka’
Teringat diskusi kecil saya dengan selessurengnge Rusly Djunaid, JackMar …
Liwa’ ega istila diaggurui… tapi sitonge2nna…
De na marere… BARAKKA’NA perellu. Pekkoga carana diruntu’i barakka’na puang Allahu ta’ala…
Belajar itu jangan hanya pakai otak, akan lelah…
Pakailah hati…
Sandarkan diri pada Allah…
Begitu pula ketika berusaha…
Fisik kita terbatas…
Andalkanlah Sang Maha Penguasa Alam Semesta… Sang Maha Pemberi. (Rls)
Komentar