BONE – TOPIKINFORMASI.COM
Pengurus Osis MAN 2 Bone bekerjasama dengan mahasiswa KKLP IAIN Bone memperingati Maulid Nabi Muhammad saw bertemakan “Memelihara Kerukunan Antar Umat Beragama dan Menyelamatkan Generasi Muda dari Bahaya Ekstrimisme Untuk Mewujudkan Cinta Damai”.
Peringatan Maulid ini dihadiri sejumlah Guru, pengurus Osis dan mahasiswa KKLP 13 orang hadir lengkap. Acara diawali dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan Shalawat disusul sambutan dari Kepala MAN 2 Bone, hikmah maulid dan ditutup dengan do’a.
Kemudian acara Maulid ini selain dilaksanakan secara Luring, juga dilaksanakan sistem Daring Virtual lewat aplikasi Zoom bagi segenap Siswa dan Guru MAN 2 yang tidak sempat hadir di lokasi.
Dalam ceramahnya Dr. Sarifa Suhra menyampaikan, “Bahwa umat Islam harus meneladani akhlak Rasulullah saw dalam berbagai aspek terutama bagi generasi mudah. Indonesia saat ini berada pada era 4.0 (four point zero) yang ditandai dengan era kemajuan IT sudah saatnya generasi mudah memanfaatkan dunia virtual untuk mengkampanyekan gagasan pentingnya persatuan dan perdamaian serta menghindari perbuatan anarkis, termasuk demonstrasi dijalan karena itu mengganggu mobilitas publik,” Terangnya
“Publikasikan gagasannya, kritiknya dengan cara damai dan santun karena Islam adalah agama yang menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, keadilan dan penghormatan kepada semua manusia. Islam diturunkan ke bumi untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam (wama arsalnaka illa rahmatan lil alamin) bukan hanya rahmat lil muslimin. Nabi Muhammad saw telah mencontohkan dan menjadi teladan yang baik dalam meneguhkan moderasi beragama dengan mengakomodir semua kepentingan yang berbeda antar semua suku,” Jelasnya
Paling ada 3 momen dalam sejarah yang menunjukkannya yakni;
- Ketika Nabi berusia 35 tahun saat terjadi perselisihan dan hampir terjadi pertumpahan darah akibat peristiwa terlepasnya hajaratul aswad dari posisinya semula, karena kelihaian Nabi membentangkan kain dan melibatkan semua kepala suku mengangkat dan mengembalikan batu surga tersebut di posisinya semula.
- Peristiwa hijrah ke Madinah, masyarakat Madinah homogen terdiri dari banyak suku, agama, budaya, dan kepercayaan yang hidup di kalangan masyarakat saat itu, ada Yahudi, Nasrani, paganisme, kaum anshor dan muhajirin, ada suku Aus dan Hazraj yang kedua suku terakhir ini sering kali menabuh genderang perang dan mengibarkan bendera permusuhan sehingga perdamaian sulit terwujud, namun dibawah kepemimpinan Rasulullah saw yang mengedepankan musyawarah dan menjamin hak seluruh warga secara adil tanpa membedakan status sosial, latar belakang suku, agama dan budaya sehingga Nabi mampu mempersatukan mereka bahkan membentuk negara adidaya yang disegani oleh musuh.
- perjanjian Hudaibiyah, yang terjadi di tahun 7 H, meskipun Nabi saw sudah kuat karena beliau seorang Nabi, Rasul sekaligus kepala negara dan panglima perang, namun ketika hendak memasuki kota kelahirannya Mekah, kaum kafir Quraish menentangnya, demi menghindari korban nyawa maka Nabi menandatangani perjanjian damai di Hudaibiyah yang bukan hanya menunda kaum muslim Madinah memasuki kota Mekah selama 3 tahun namun juga Nabi dipaksa merelakan segala gelar kehormatannya dengan hanya menuliskan nama asli tanpa gelar. sepintas ini terkesan penghinaan atas umat Islam oleh kafir Quraisy, namun dibalik perjanjian itu umat Islam meraih manfaat berupa kebebasan menyebar Islam di Mekah dan berhentinya teror atas kaum muslimin dan jaminan keselamatan memasuki Mekah menunaikan ibadah haji 3 tahun berikutnya peristiwa ini kemudian menggemparkan seluruh Mekah hingga semua menerima Islam sebagai agamanya tanpa ada pertumpahan darah peristiwa ini dikenal dengan nama Fathu Makkah.
Lebih lanjut Dr. Sarifa Suhra yang juga merupakan Kaprodi PAI Pascasarjana IAIN Bone mengatakan, “Bahwa untuk menyelamatkan generasi muda dari sifat anarkis agar tercipta perdamaian, maka solusinya adalah menanamkan nilai-nilai moderasi beragama dalam kehidupan karena itu perintah Allah dalam QS. Al Baqarah ayat 143, jadilah ummatan wasatan (umat pertengahan tidak ektrim, tidak radikal tidak pula liberal namun moderat atau wasathiyah),” Ungkapnya
Ada 4 indikator seseorang dapat disebut sebagai muslim moderat atau ummatan wasatan yaitu,
- Berpaham inklusif artinya terbuka menerima keberadaan paham lain di luar paham dan kelompoknya, sehingga tidak mudah marah dan menghina apalagi membenci kelompok lain.
- Menghargai realitas plural, bahwa perbedaan itu Sunnatullah bukan kita yang menghendaki perbedaan itu terjadi melainkan Allah sendiri yang menghendakinya (QS. Al Hujurat ayat: 13), membenci perbedaan sama halnya menentang kuasa Allah karenanya kita dituntut untuk bertoleransi atas paham yang berbeda.
- Akomodatif terhadap nilai-nilai kearifan lokal
- Memegang teguh prinsip egaliter (keadilan bagi semua tanpa membedakan status), artinya kita harus adil memperlakukan orang lain darimanapun asalnya, apapun latar belakang agama, suku dan budayanya tidak boleh KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme),” Tambahnya
Dibagian akhir hikmah maulid tersebut Dr. Sarifa Suhra yang juga Ketua Hidmat Muslimat NU Bone mengajak hadirin bershalawat bersama agar syafa’at Rasulullah Muhammad membersamai kita semua. (888)
Komentar