Catatan Pinggir:
Bahtiar Parenrengi
Topikinformasi.com – Bone Dibulan Ramadhan,
Surat Al Baqarah ayat 183 tentang Puasa Ramadhan menjadi sangat populer. Disetiap Mushola, disetiap Mesjid, ayat itu menjadi penekanan para ustadz.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.
Ibadah puasa bagi umat Islam hukumnya fardhu atau wajib. Suatu keharusan. Dan saat kecil dulu, jelang Ramdhan kita beli peci baru. Pun selalu mempersiapkan mainan untuk mengisi waktu sehabis mengaji.
Saat itu, saat hand phone atau gadget belum mewarnai kehidupan. Jangankan HP, telepon rumah saja belum ada. Apalagi telpon umum.
Saat kecil dulu, permainan ular tangga, monopoli, meriam bambu, mobil-mobilan terbuat dari sisa kayu bendala atau sendal jepit menjadi pilihan.
Tak ketinggalan pula permainan orkes, gendang yang dibuat dari limbah. Kaleng bekas serta kulit semen dan plastik menjadi sebuah permainan yang cukup membuat kita menjadi kreatif.
***
Zaman telah berubah, namun ajakan Tuhan tak berubah. Tetap pasti. Harus melalui etafe atau jalur yang telah digariskan ketiga hendak meraih ketaqwaan.
Ajakan Tuhan tetap universal. Tetap berlaku bagi yang mengaku muslim. Bahwa untuk mencapai taqwa, seorang muslim harus menunaikan ibadah puasa.
Karena puasa diperuntukkan untuk orang beriman, maka puasa itu bukan sesuatu yang berat baginya. Tapi telah menjadi sebuah kebutuhan, Puasa telah menjadi pelengkap hidup didunia maupun diakhirat kelak.
Sebuah konsekwensi keiman, haruslah meniti hidupnya dengan “cobaan” lapar dan dahaga. Keimanan harus diwujudkan dalam perbuatan ikhlas. Berbuat tanpa tekanan.
Kita beriman karena kita berislam. Sebagai
Seorang manusia yang telah mengikrarkan diri lewat syahadat. Ada persaksian. Ada bentuk menyerahkan diri. Bentuk hamba dengan Tuhannya.
***
Ramadhan kini hadir lagi. Hadir untuk mengingatkan kita, bahwa apakah nuansa Ramadhan terus mewarnai kehidupan kita. Apakah hakikat ramadhan terus menjadi esensi kehidupan kita?
Ramadhan Tahun ini telah menjadi berkah. Karena ramadhan sebelumnya kita telah dibatasi untuk berkegiatan. Dibatasi beribadah di mushola dan di mesjid.
Ramadhan sebelumnya, di tahun 2020 lalu menjadi bulan yang penuh mengawasan. Kita diawasi beraktivitas ibadah dengan pelibatan banyak jamaah. Kita dibatasi buka puasa bareng ataupun sahur bareng.
Tarwih bersama tak memungkinkan digelar. Karena ibadah Shalat Tarwih akan memobilisasi jamaah untuk hadir. Pembatasan kegiatan keagamaan telah diatur oleh Satgas Penanganan Covid 19.
Namun kini, Ramadhan di tahun 2021, pelaksanaan ibadah dirumah ibadah sudah mendapat restu. Pemerintah telah membolehkan pelaksanaan ibadah, pelaksanaan aksi-aksi sosial keagamaan.
Nemun demikian, kita perlu sadari dan perlu mawas diri bahwa, aktivitas keagamaan berjalan dengan tetap memberlakukan protokoler kesehatan. Tetap mengikuti dan menghormati anjuran pemerintah. Sehingga dengan demikian, puasa ramadhan yang kita jalankan menjadi berkah adanya. Artinya, ramadhan jiwanya ramadhan raganya. Ramadhan yang penuh berkah. Dan itulah yang selalu diidamkan sebagai Ramadhan Nan Indah. (*)
Komentar