oleh

Bone 691 Tahun Bone Kita Semua Catatang Pinggir: Bahtiar Parenrengi

Topikinformasi.com – Bone Tanggal 6 April, telah ditetapkan sebagai Hari Jadi Bone. Penetapan itu telah ditetapkan beberapa tahun silam, setelah melewati berbagai agenda pertemuan yang cukup alot.

Hari Jadi Bone yang diperingati setiap tanggal 6 April setiap tahunnya berdasarkan Perda Kabupaten Bone Nomor 1
Tahun 1990. Penetapan ini diawali dengan kegiatan seminar yang dihadiri oleh sejumlah Pakar Sejarah dan Budayawan Bone.

Dalam pertemuan tersebut, Telah disepakati tanggal dan Bulan penetapan Hari Jadi Bone diambil berdasarkan Pelantikan Raja Bone ke-16 Lapatau Matanna Tikka pada tanggal 6 April 1696. Masa Pemerintahnnya (1696-1714).

Sedangkan untuk penetapan tahunnya, disepakati masa pemerintahan Raja Bone ke-1, yaitu La Ubbi yang digelar dengan Manurungnge Ri Matajang (1330-1358).

               ***

Penetapan Hari Jadi Bone pada tanggal 6 April, dengan mengambil dasar saat pelantikan La Patau Matanna Tikka raja Bone ke-16, sementara tahunnya saat pemerintahan Raja Bone ke 1 La Ibnu atau To Manurungnge Ri Matajang, ini setidaknya bagi kita untuk menarik sebuah makna sejarah dan nilai filosofis.

Baca Juga:  Terkait Dugaan Pungli di DLHK Pekanbaru Ini Pinta PJID-Nusantara Kepada Walikota Firdaus dan Polda Riau

Ada hegemoni historis yang menggembirakan, bahwa kita selalu menginginkan kekerabatan yang utuh. Kita menginginkan silaturrahmi yang erat, sehingga bisa melahirkan sebuah kekuatan pemersatu.

La Patau, memiliki nama lengkap La Patau Matanna Tikka, Sultan Alimuddin Idris, Walinonoe To Tenribali Malae Sanrang Matinroe ri Nagauleng, dilantik menjadi raja Bone ke-16 pada Tanggal 6 April 1696. Beliau lahir pada 3 November 1672 dan wafat pada tanggal 17 September 1714.

Dalam pemerintahannnya di Bone, La Patau Matanna Tikka selalu berusaha menjalin hubungan bilateral dengan kerajaan besar lainnya seperti Soppeng, Luwu, Gowa dan berbagai kerajaan lainnya.

Sementara untuk bilangan tahun Hari Jadi Bone, diambil dari masa pemerintahan Raja Bone ke-1, yaitu La Ubbi yang digelar dengan Manurungnge Ri Matajang (1330-1358).

Penetapan waktu atau umur Bone, menjadi sebuah history yang penuh dinamika. History tetap melegenda dan menanamkan rasa patriotis.

Setidaknya, ada beberapa makna filosofis yang bisa ditarik dalam penentuan Hari Jadi Bone. Bahwa kita yang menjadi pewaris tanah leluhur, seyokyanya daerah ini tetap dipertahankan.

Baca Juga:  Jadi Inspektur Upacara, Dandim 1407/Bone Bacakan Amanat Pangdam XIV/Hsn

Bone ini tetap dijaga baik-baik, karena La Patau telah memperlihatkan hegemoni sejarah dengan melakukan kontak bilateral dengan kerajaan lainnya.

Diplomasi yang baik, silaturrahmi yang baik akan menghasilkan sesuatu yang baik. Sehingga dengan demikian, perwujudan sebuah kerajaan (kini wilayah kabupaten) menjadi sebuah daerah yang aman, terkendali, makmur tanpa harus saling “sianre bale”.

            ***

Penggabungan dua masa pemerintahan Raja Bone, untuk ber HJB telah memperlihatkan kemauan untuk bersatu. Membulatkan tekat bahwa Bone sebuah daerah yang yang penuh dinamika.

Bone dalam Bahasa Inggris berarti Tulang. Sementara dalam Bahasa Bugis, Bone memiliki pengertian Tumpukan pasir yang tinggi.

Bone sebuah daerah, bekas kerajaan yang cukup besar menjadi sebuah daerah yang hingga kini diperhitungkan. Warganya (orang Bone) selalu mendapat jabatan strategis dalam dunia politik dan pemerintahan.

Dengan warisan kearipan budayanya serta pemikirannya (seperti kajao laliddong), telah menempatkan warga Bone bisa mendapat penghormatan dimanapun berada.

Baca Juga:  Gandeng Mahasiswa IAIN Bone Brimob Yon C Laksanakan "Jumpa Berlian"

Kini, kita memperingati Hari Jadi Bone yang ke 691 tahun. Tentunya kita berharap agar Bone semakin jaya. Bone MaBesSa (mandiri, berdaya saing dan Sejahtera). Kita juga menginginkan agar bisa menjadi sebuah daerah yang Baldatun Thoyyibatun wa rabbhun ghaffur, ”Negeri yang baik dengan rabb Yang maha pengampun”.

Dan ini sejalan dengan harapan di tetapkanya Hari Jadi Bone 6 April, dengan bilangan tahun pemerintahan To Manurung dan La Patau Matanna Tikka.

Tomanurung memiliki kharisma dan pemersatu. Mampu mempersatukan warga Bone, yang saat dulu sianre bale. Sementara La Patau Matanna Tikka memiliki kecerdikan dalam pengembangan wilayah. Membangun komunikasi politik warganya maupun dengan daerah lainnya.

Ya tutu ya upe ya capa’ ya cilaka. Teruslah menjadi warga yang selalu berhati-hati. Menjadi waspada agar hidup dan kehidupan kita tetap menjadi warga yang beruntung. Karena kalau kita gegabah maka niscaya keberuntungan akan semakin sulit diraih.(*)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *