Catatan Pinggir:
Bahtiar Parenrengi
Bone – Topikinformasi.com Tak seperti biasanya. Kali ini sepi. Sepi, dan saya tetap setia pada kursi dekat jendela. Siang itu, cuaca tak begitu hangat. Saya mengutak-atik handphone. Terus berselancar di media sosial. Membaca berbagai obrolan.
Beberapa obrolan tak terlewatkan. Mulai yang lucu hingga senggolan yang bisa menjatuhkan. Begitulah medsos, sungguh hebat.
Siang semakin terik. Matahari menampakkan diri, utuh. Tak ada awan yang menyelimutinya. Menikmatinya adalah pilihan. Karena kipas angin yang tersedia tak saya fungsikan. Karena saya sedikit alergi dengan tiupan kipas.
Menikmatinya tanpa harus ngomel, panas. Jendela disamping kursi yang saya duduki tentunya membantu. Sirkulasi udara membuat sesekali menikmati tiupan angin. Namun sesekali tiupan itu membawa pesan bau bangkai, yang sering dibuang beberapa warga disamping kedai.
***
Siang yang terik. Sesosok pria turun dari mobil. Jalannya tak setegap dulu. Langkahnya sudah mulai pelan. Perlahan seiring umurnya yang makin menua.
Saya sering menyapanya, Pak Dokter. Karena memang dokter. Dokter Kadir namanya. Komumikasinya santun. Bak sasterawan.
Pak Dokter, sapaan akrab ketika bertemu. Dan dimasa tuanya, banyak menghabiskan waktu dengan para sahabat pendonor darah. Aksi sosial untuk kemanusiaan.
Siang yang terik, seolah menjadi adem. Pak Dokter memberi wejangan yang cukup berarti. Nada bicaranya pelan, “jangan sakiti hati sesamamu”. Ucapnya pelan.
***
Pesan yang super. Pesan penuh makna. Pesan yang memiliki arti memanusiakan manusia. Manusia harus saling menghargai, agar hati tak terluka. Ibarat lagu Betharia Sonata, Hati Yang Luka.
Menjaga hati, seperti pesan Pak Dokter sungguh penuh arti. Pesan yang sangat dalam, seperti pesan dalam lagu, jj”Bila hati kian bersih,
Pikiranpun akan jernih, Semangat hidup nan gigih
Prestasi mudah diraih.”
Jaga hati. Jaga hatimu, hati sesamamu. Menjaganya agar terawat baik. Karena ketika hati terluka, niscaya bisa merusak segalanya. Melukainya bisa dengan lisan maupun tindakan.
Pertikaian bisa bermula dari lidah, bisa pula berawal dari jemari. Pertikaian seringkali bermula dari lidah yang tidak dijaga dengan baik dan bisa pula bermula dari jemari yang tak terkontrol. Jemari terlalu bebas menulis di percakapan medsos hingga bisa melukai hati seseorang.
Jagalah hati. Jaga hati sesamamu. Ketika menjaganya niscaya hati kita juga terjaga dengan baik. Kita tak mau saling menyakiti. Sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Apabila segumpal daging itu baik, maka semua anggota tubuh akan baik. Apabila segumpal daging itu buruk, maka semua anggota tubuh akan menjadi buruk pula. Segumpal daging itu adalah hati (qalbun).
(Bahtiar Parenrengi)
Komentar